Lombok berada di kepulauan Nusa Tenggara, tepatnya di Nusa Tenggara Barat. Bertetangga dengan pulau Bali, Lombok juga menyajikan berbagai destinasi wisata alam yang tak kalah cantiknya. Memiliki luas wilayah mencapai 5.435 kmĀ², wisatawan dapat mengunjungi gunung Rinjani di Lombok Utara, hingga berbagai gili atau pulau-pulau kecil. Gili yang paling terkenal tentu saja gili Trawangan, gili Meno dan gili Air.

Gunung dan gili tersebut termasuk dalam tempat untuk melihat sunrise yang indah dan menarik. Selain itu, Lombok juga dikenal dengan sebutan nama pulau Seribu Masjid. Hal ini karena wisatawan akan sangat mudah menemukan masjid yang memang banyak sekali terdapat di sepanjang jalanan Lombok. Oleh karenanya, Lombok dinobatkan pula sebagai Wold’s Best Halal Tourism. Lalu, apakah ada juga wisata budaya di Lombok? Mari simak ulasannya berikut ini.

1. Hotel Tugu Lombok

Hotel Tugu Lombok

Apabila berkunjung ke Lombok, tak ada salahnya menginap di Hotel Tugu Lombok. Terletak pada lahan seluas enam hektar di pantai Sire, Hotel Tugu Lombok dinobatkan sebagai resort terbaik pada tahun 2018. Gelar ini dirasa layak didapatkan, karena hotel bintang lima ini menyajikan arsitektur yang sangat kaya dan kental akan budaya. Bagaimana tidak? Hampir seluruh sudut hotel memiliki desain khas bangunan Indonesia pada jaman dahulu, terinspirasi dari cerita legenda pulau Lombok.

Seperti hotel untuk pernikahan di Solo, Hotel Tugu Lombok juga memiliki keunikan sendiri. Misalnya pada bagian resepsionis. Bagian resepsionis dari Hotel Tugu Lombok berbentuk Rumah Ampenan, yaitu rumah khas masyarakat Melayu. Di koridor hotel, pengunjung dapat menemukan barang-barang antik peninggalan legenda Indonesia pada jaman dahulu. Pembangunan hotel ini sendiri terinspirasi dari kisah Mahabharata. Terdapat pula desain unik yang lainnya seperti:

  • Ruangan spa berbentuk pura
  • Perahu naga pada restoran hotel
  • Kamar-kamar hotel dengan desain menyerupai candi dengan ukiran-ukiran yang khas
  • Patung dewa-dewa agama Hindu di pelataran hotel

2. Desa Bayan Sasak

Suku Bayan Sasak

Desa Bayan Sasak, atau desa Adat Bayan, merupakan suatu desa yang dihuni oleh masyarakat suku Bayan. Terletak di Lombok Utara, desa ini menawarkan pengetahuan kebudayaan yang melimpah. Di desa Bayan Sasak, penduduknya menjalankan kehidupan sehari-hari secara tradisional. Mulai dari pakaian, tempat tinggal, hukum dan norma, hingga tetap menjalankan tradisi yang sudah turun-temurun dilakukan sejak dahulu.

Meskipun demikian, masyarakat desa Bayan Sasak tidak menutup diri dari kemajuan jaman. Teknologi terkini, seperti telepon genggam, kamera dll, juga digunakan oleh masyarakat desa Bayan Sasak. Seperti desa wisata di Jogja yang asri dan menarik, desa Bayan Sasak pun sama menariknya. Di sini, pengunjung akan merasakan bagaimana masyarakat desa Bayan Sasak menjalankan kegiatan sehari-hari. Pengunjung diharuskan mengenakan pakaian adat dari suku Bayan, seperti ikat kepala, songket, serta kemben dan sarung untuk pengunjung wanita.

Keunikan lainnya adalah adanya Masjid Kuno Bayan Beleq di desa ini. Masjid ini sudah berusia lebih dari tiga ratus tahun dan menjadi saksi masuknya agama Islam di pulau Lombok. Selain itu, pengunjung juga dapat melihat secara langsung proses pembuatan kain tenun khas suku Bayan yang masih dikerjakan secara tradisional oleh masyarakat desa. Kain tenun ini memiliki berbagai motif, seperti motif londong abang, kereng poleng, jong dan sapuk.

3. Festival Bau Nyale

Festival Bau Nyale

Festival Bau Nyale merupakan sejatinya merupakan suatu kegiatan dari masyarakat suku Sasak. Menjadi suku yang terbesar di Lombok, suku Sasak menyimpan cerita leganda di balik festival ini. Dalam bahasa Sasak, Bau Nyale berarti menangkap cacing laut. Festival ini diadakan setiap tanggal 20 bulan 10 dan 5 hari setelah bulan purnama. Hal ini didasarkan pada sistem penanggalan suku Sasak. Pada kelender Masehi, biasanya festival ini bertepatan di bulan Februari atau Maret.

Awalnya, tradisi Bau Nyale hanya dilakukan oleh masyarakat suku Sasak saja. Namun, karena selalu dilakukan secara rutin dan antusias, para pengunjung pun mulai berdatangan untuk ikut serta dalam festival ini. Festival Bau Nyale berasal dari legenda Puteri Mandalika. Masyarakat suku Sasak percaya bahwa cacing laut yang ditangkap tersebut adalah jelmaan dari sang puteri.

Dikisahkan Puteri Mandalika adalah seorang puteri dari Kerajaan Tonjang Beru. Puteri Mandalika digambarkan sebagai seorang yang cantik dan terkenal dengan kebaikan hatinya. Maka dari itu, pangeran dari seluruh kerajaan yang tersebar di pulau Lombok berebut ingin mempersunting Puteri Mandalika. Namun, muncul kekhawatiran dalam diri sang puteri. Beliau khawatir akan muncul perpecahan di pulau Lombok apabila menerika salah satu dari pinangan tersebut.

Kemudian, Puteri Mandalika mengasingkan diri untuk bersemedi. Sampailah pada saat sang puteri mendapat petunjuk untuk mengundang seluruh pangeran di Pantai Kuta, Lombok pada tanggal 20 bulan 10 tersebut, tepatnya pada waktu menjelang subuh. Tak disangka, setelah semua pangeran tiba, Puteri Mandalika berdiri di atas sebuah batu dan melompat ke dalam air laut. Para pangeran yang terkejut pun langsung mencari Puteri Mandalika. Namun sayang, yang ditemukan hanyalah cacing laut. Sejak saat itu, cacing laut dipercaya sebagai perwujudan dari Puteri Mandalika.

4. Desa Sukarara

Kain tenun khas Desa Sukarara

Desa Sukarara yang berada di Lombok Tengah ini dikenal sebagai salah satu desa budaya di Lombok. Yang terkenal adalah kain tenun songketnya. Kegiatan menenun sendiri sudah mendarah daging di masyarakat Desa Sukarara. Sampai-sampai, mahir menenun menjadi syarat wajib bagi seorang gadis Desa Sukarara yang akan menikah. Unik ya? Dari segi motif pun, kain tenun songket produksi Desa Sukarara memiliki motif yang cantik dan terbuat dari benang emas.

Kain tenun songket khas Desa Sukarara dapat dibeli oleh pengunjung. Harganya bervariasi antara Rp150.000 – Rp350.000. Selain itu, pengunjung juga dapat belajar menenun kain di sini. Rumah-rumah tradisional suku Sasak pun masih terjaga dan terawat. Bagi pengunjung yang hobi berswafoto, tentu rumah adat ini dapat menjadi spot foto yang menarik. DItambah lagi, pengunjung dapat pula mencoba pakaian adat suku Sasak.

5. Desa Sade

Suasana di Desa Sade

Desa Sade bisa dibilang sebagai salah satu desa wisata paling terkenal di Lombok. Berada di Lombok Tengah, Desa Sade benar-benar menawarkan suasana dan budaya yang masih asli dari suku Sasak. Berada di wilayah seluas lebih dari 5 hektar, Desa Sade terdiri dari 150 rumah dan kurang lebih 700 orang penduduk. Seluruh penduduk merupakan keturunan asli dari suku Sasak, karena penduduk di Desa Sade menjalankan pernikahan sedarah.

Yang unik dari Desa Sade adalah keaslian budayanya. Rumah-rumah penduduk masih merupakan rumah asli masyarakat suku Sasak. Tradisi dan kebudayaan pun sangat dijaga dan tetap dilaksanakan sampai sekarang. Salah satunya adalah tradisi menjelang pernikahan. Saat akan menikah, calon mempelai wanita harus diculik terlebih dahulu oleh pihak dari calon mempelai laki-laki. Tak lupa pula kain tenun, aksesoris, serta pakaian adat suku Sasak pun dapat dibeli oleh pengunjung.

6. Pura Batu Bolong

Pura Batu Bolong

Tidak hanya di Bali, di Lombok Barat pun terdapat Pura Batu Bolong. Bertempat di bibir pantai Senggigi, pura ini diperkirakan dibangun pada tahun 1533 oleh seorang tokoh agama Hindu bernama Dang Hyang Dwijendra. Karena berada di bibir pantai, Pura Batu Bolong terkenal pula dengan keindahannya. Pura ini dibangun di atas batu karang dengan memiliki lubang di atasnya.

Ketika mengunjungi pura ini, pengunjung akan dimanjakan dengan keindahan pantai Senggigi. Mulai dari ombaknya yang tenang, tatanan batu andesit yang cantik, hingga arsitektur pura yang menawan. Dalam kawasan Pura Batu Bolong, terdapat lima buah patung yang dikeramatkan oleh masyarakat sekitar, yaitu patung Naga, Laksmana, Rama, Subali dan Sugriwa.

7. Desa Sembalun

Alam Desa Sembalun

Desa Sembalun yang berada di kaki gunung Rinjani sebenarnya lebih dikenal dengan wisata alamnya. Karena berada di kaki gunung, suasana alam di desa ini pastilah sangat indah dan menarik bagi pengunjung. Banyak kegiatan bernuansa alam yang dapat dilakukan di Desa Sembalun, antara lain mengeksplorasi bukit, bermain paralayang. olahraga paramotor, berkemah dengan api unggun, hingga wisata petik buah.

Meskipun begitu, Desa Sembalun juga mengusung konsep desa wisata budaya. Dikenal dengan nama lain Desa Sembalun Bumbung atau Desa Wisata Bumbung, kesenian dan kebudayaan juga masih sangat terjaga dan dapat dinikmati oleh pengunjung. Misalnya saja rumah adat Sembalun yang memiliki keunikan tersendiri, tari-tarian tradisional serta makanan khas untuk menyambut tamu, Al Quran dari kulit unta, keris peninggalan kerajaan Singosari dan Majapahit, hingga samurai asli dari Jepang juga ada di desa ini.

Selain itu, masyarakat Desa Sembalun juga masih menjaga tradisi serta adat istiadat sampai sekarang. Tradisi dan adat tersebut di antaranya ritual ngayu-ayu, bebija tawar, maca lontar, maulid adat, wayang wong, drama Raden Juarsah, dan cupak gurantang.

8. Museum Negeri Nusa Tenggara Barat

Museum Negeri Nusa Tenggara Barat

Apabila ingin mempelajari kebudayaan yang beragam, museum memang tempat yang tepat. Seperti museum Tsunami Aceh yang wajib dikunjungi, Museum Negeri Nusa Tenggara Barat juga harus masuk dalam daftar kunjungan apabila sedang berada di Lombok. Terletak di kota Mataram, Museum Negeri Nusa Tenggara Barat merupakan museum yang terlengkap di Lombok dan memiliki 7.000 koleksi, mulai dari sejarah, biologi, geologi, arkeologi, keramik, dan tak ketinggalan, koleksi budaya.

Pada bidang kebudayaan, Museum Negeri Nusa Tenggara Barat banyak menyimpan benda-benda peninggalan dari masa Hindu, patung-patung dewa Siwa, patung Budha, perlengkapan upacara keagamaan, naskah khotbah Islam Wetu Telu, kitab fiqih, sorban dan jubah tokoh Islam, serta kubah masjid. Tak hanya sampai di situ, terdapat koleksi lainnya yang tak kalah menarik, antara lain peralatan pewayangan suku Sasak, genderang perang yang nilainya sangat tinggi, kipas emas Sultan Sumbawa, arca, peralatan pada jaman kerajaan, serta naskah-naskah kuno.